Sorot Merah Putih, Jakarta — Sejak ditetapkan menjadi Bupati Terpilih oleh KPU Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu yang sebelumnya menjadi anggota DPR-RI dua periode, langsung mengumpulkan sumber-sumber literasi tentang apa pun yang terkait dengan Tapanuli Tengah.
Meskipun sebagian besar hidupnya di perantauan, politisi PDI Perjuangan yang dikenal vokal ini sudah tahu kalau Tapanuli Tengah bukan Kabupaten yang kaleng-kaleng. Ironisnya, hingga menjelang 80 tahun Indonesia merdeka Tapanuli Tengah masih dikenal sebagai daerah yang miskin dan merana. Padahal di Abad ke-7, Tapanuli Tengah, khususnya Barus, sudah menjadi pusat peradaban nusantara’.
Dengan potensi sejarah masa lalu yang gemilang Masinton Pasaribu optimis, Tapanuli Tengah akan Naik Kelas sebagai mana jargon kampanye Pilkada yang dimenangkannya bersama pasangannya, Mahmud Effendi Lubis yang berlatar belakang pensiunan perwira TNI-AL.
Tapanuli Tengah, ujar Masinton, memang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti Kabupaten tetangga, pendapatan asli daerahnya pun terhitung kecil, namun kabupaten yang akan dipimpinnya dalam 5 tahun ke depan memiliki kekayaan sejarah yang bukan hanya membentuk identitas suku-suku yang ada di pesisir barat sumatera melainkan juga suku-suku yang berserak di kepulauan nusantara.
“Barus yang merupakan satu Kecamatan di wilayah Tapanuli Tengah sudah lama menjadi perbincangan sejarahwan dunia, namun belakangan ini, tepatnya sejak 2022 para arkeolog menemukan hal-hal yang baru dari Situs Bongal yang lokasinya agak berjauhan dengan Barus,” ujar Masinton kepada sorotmerahputih.com yang bertandang ke rumahnya di kawasan Ciracas, Jakarta Timur.
Di situs Bongal, sambung Masinton, berdasarkan penggalian para arkeolog sejak 2021 hingga 2022 ditemukan banyak benda-benda kuno, antara lain manik-manik kaca emas dan perak yang bentuknya menyerupai benda sejenis yang ditemukan di situs Pangkungparuk, Bali. Hasil analisis menyebutkan benda-benda itu berasal dari Abad ke-6 hingga abad ke-7.
“Benda-benda bersejarah itu sekaligus membuktikan bangsa kita adalah bangsa yang kosmopolit, bangsa yang sudah bergaul dengan dunia luar baik itu Timur Tengah, India, China bahkan Eropa,” tandas Masinton.
Dari temuan para arkeolog pula, terang Masinton, bahkan dimungkinkan usia situs Bongal lebih tua dari Abad ke-7. Kemungkinan ini didasarkan hasil analisis uji pertanggalan satu artefak kayu yang menunjukkan angka abad ke-6 M.
Bukan itu saja, imbuh Masinton, hasil ekskavasi tahap kedua tahun 2022 sudah memunculkan identifikasi baru, bahwa terdapat kemungkinan Situs Bongal telah eksis sejak awal masehi. Namun identifikasi ini belum bisa dipastikan karena hanya didasarkan pada studi komparasi kesamaan temuan.
Artefak yang ditemukan di situs Bongal dalam pandangan Masinton jauh lebih beragam dan kaya apabila dibandingkan temuan di situs-situs sebelumnya.
“Di situs Bongal didapati sejumlah besar artefak yang terdiri dari koin masa Daulah Umawiyah dan Abbasiyah, ragam keramik masa Dinasti T’ang, tembikar berglasir Timur Tengah, ragam fragmen kaca Timur Tengah, alat pengasah dari batu, ragam temuan logam, manik-manik batu maupun kaca, batu mulia, kayu kemudi kapal, kayu fragmen kapal, tali ijuk dengan beragam simpul, dan lempengan logam berinskripsi Arab,” lanjut Masinton sambil menyeruput espresso kesukaannya.
Namun Masinton Pasaribu menyayangkan, berseraknya situs-situs bersejarah di Tapanuli Tengah berbanding terbalik dengan tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
“Karena memang selama ini belum dikelola dengan baik,” tandas Masinton, sekaligus mohon doa restu warga Tapanuli Tengah untuk merevitalisasi situs-situs bersejarah di wilayah yang dipimpinnya agar menjadi daerah tujuan wisata yang penting di pesisir barat Sumatera.
Untuk itu pula Masinton Pasaribu sudah menghubungi Menteri Budaya Fadli Zon yang sudah dikenalnya sejak menjadi anggota DPR-RI. Semua itu agar Tapanuli Tengah tidak terlupakan sebagai gerbang peradaban dunia sejak Abad Pertengahan. (Mrln/sorotmerahputih)
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp sorotmerahputih.com klik di sini