Sorot Merah Putih, Garut – Sarana Olahraga (SOR) Ciateul di Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang dibangun dengan anggaran miliaran rupiah kini memprihatinkan. Fasilitas megah yang sempat digadang menjadi pusat aktivitas olahraga tingkat kabupaten bahkan berskala nasioanl itu, justru sepi, tak terurus, dan tanpa pengelolaan yang jelas.
SOR Ciateul bukanlah proyek instan. Gagasan pembangunannya sudah dimulai sejak era Bupati Garut H. Dede Satibi (alm) pada periode 1999–2004, sebagai respons atas keterbatasan fasilitas olahraga yang ada, seperti Lapang Jayaraga, Rancabango, dan Kerkhof. Kala itu, dua langkah awal yang dilakukan ialah perencanaan teknis dan penetapan lokasi di kawasan Ciateul.
Proses berlanjut ke masa kepemimpinan Bupati Agus Supriadi, SH (2004–2007) dengan dimulainya pembebasan lahan.
Kemudian diikuti perubahan kebijakan dan peraturan daerah di era Bupati (2007-2009), Aceng HM Fikry (2009-2013) dan H. Agus Hamdani (2013-2014).
Namun, pembangunan fisik SOR baru mulai digenjot secara serius pada masa Bupati H. Rudi Gunawan (2014–2024), hingga akhirnya berdiri fasilitas seperti sport hall, kolam renang, lapangan sepak bola, GOR bela diri, art centre, hingga jogging track.
Kondisi memprihatinkan itu disorot Hasanuddin, warga berdomisi Garut, yang mengunjungi lokasi pada Senin (16/6/2025) sekira pukul 10.48 WIB. Ia mengungkapkan bahwa meskipun fasilitas telah berdiri, namun banyak yang belum lengkap dan nyaris tak terawat.
“Saya kira pembangunan ini sudah menyedot anggaran sangat besar. Tapi sayangnya, tidak diimbangi dengan pengelolaan,” ujar Hasanuddin.

Namun, aku Hasanuddin, yang mengagetkan adalah hadirnya sosok Wakil Bupati Garut, L Putri Karlina, yang tiba-tiba datang ke lokasi SOR;
Melalui akun tiktok @tehputri.karlina dengan nama WAKIL BUPATI GARUT, Putri mengupload foto dirinya sedang di Lokasi Joging Track pada Minggu, (9/3/2025).
“Minggu (9/3/25), Wakil Bupati Garut, Bu Putri Karlina, meninjau kondisi track jogging di SOR Ciateul yang kini terabaikan dan terbengkalai,” tulus akun WAKIL BUPATI GARUT, Minggu (9/3/2025).
“SOR ini membutuhkan perawatan dan revitalisasi fasilitas publik agar masyarakat Garut dapat menikmati sarana olahraga yang layak dan aman. Ini bukan sekadar soal estetika, tetapi juga tentang mendukung gaya hidup sehat dan kesejahteraan bersama,” tulisnya.
Unggahan tersebut sempat viral dan memunculkan diskusi publik terkait nasib SOR Ciateul. Muncul pula dugaan-dugaan miring tentang potensi penyimpangan dalam proyek pembangunan fasilitas olahraga tersebut.

Pembangunan SOR tanpa Pengelolaan
Namun, sejak viralnya unggahan tersebut tiga bulan lalu, tidak ada langkah nyata dari Pemerintah Kabupaten Garut. Menurut Hasanuddin, publik mulai pesimistis dengan tindak lanjut dari pemerintah.
“Saya khawatir aksi Wakil Bupati hanya jadi konten semata. Tanpa kebijakan konkret dari Bupati, maka semua akan kembali tenggelam,” katanya.
Menyoroti absennya struktur pengelolaan. SOR Ciateul hingga kini belum jelas dikelola oleh siapa? Hasanuddin merujuk Peraturan Bupati Garut Nomor 163 Tahun 2021 dan Perda Nomor 2 Tahun 2023 tentang Keolahragaan.
Dalam regulasi tersebut tidak disebutkan secara spesifik bahwa Dinas Pemuda dan Olahraga bertanggung jawab langsung atas pengelolaan SOR Ciateul.
“Kalau Dinas Olahraga tidak punya dasar hukum eksplisit untuk mengelola, maka siapa yang sebenarnya bertanggung jawab? Ini bahaya,” tegasnya.
Ketiadaan badan pengelola dinilai menyebabkan SOR Ciateul menjadi ‘bangunan tanpa penghuni’.
“Padahal, bangunan tersebut sudah menelan dana besar, namun hanya beroperasi semu. Di lapangan, pengunjung hanya mendapati portal masuk dan dua lembar kertas bertuliskan tarif parkir Rp1.000, tanpa identitas resmi pengelola,” ungkapnya.
Kelemahan SOR Ciateul Garut
Hasanuddin mendorong agar Bupati Garut H. Abdusy Syakur Amin segera mengambil langkah strategis. Ia mengusulkan tiga opsi: membentuk UPTD di bawah Dispora, menyerahkan pengelolaan ke BUMD atau BLU, atau menjalin kerja sama dengan pihak ketiga.
“Setiap pilihan tentu ada kelebihan dan kekurangannya, tapi yang terpenting adalah ada kebijakan dan regulasi resmi,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemimpin seperti H. Abdusy Syakur yang pernah menjabat Ketua KONI Garut tiga periode, seharusnya paham betul soal urgensi pengelolaan fasilitas olahraga.
“Bukan hanya tentang pembangunan fisik, tapi soal keberlanjutan fungsi. SOR ini jangan sampai menjadi monumen pemborosan anggaran,” tandasnya.
“Salam Garut Hebat,” imbuh Hasanuddin seraya menutup.*
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp sorotmerahputih.com klik di sini