Catatan Marlin Dinamikanto
Sorot Merah Putih – Kongkow-kongkow bersama abang semua aktivis di Indonesia, Hariman Siregar. Kenal namanya mungkin sejak SMP. Karena bapak saya sering bercerita tentang keberaniannya. Namun baru tahun 1992 saya bertatap langsung dengannya saat wawancara untuk Tabloid FORMAT yang kami terbitkan secara swadaya di IISIP Jakarta, di RS Baruna yang ada prasasti tanda tangan Menteri Tenaga Kerja Cosmos Batubara, di kompleks perkantoran Cikini Building.
Kala itu saya sempat samprokan dengan Muni, mahasiswa UI yang belakangan baru saya tahu namanya Budiari Setiadi yang sekarang jadi Menteri Koperasi. Di sana juga ada mendiang Agus Edy Santoso alias Agus Lenon, Armin Kelana yang meninggal mengenaskan di trotoar RSCM, mendiang mas Mulyana W Kusumah dan Pak Bos yang juga belakangan baru tahu namanya Rachman Tolleng, ideolog di lingkungan gerakan perlawanan.
Sejak wawancara itu hingga sekarang saya akrab dengan Bang Hariman. Waktu anak saya lahir semua biaya kelahirannya yang tidak sedikit (Cesar) ditanggungnya. Begitu juga saat anak saya sakit typus tahun 2017 yang menjalani rawat inap di RS Hermina Palembang. Singkat cerita dia sudah saya anggap pengganti orang tua. Bahkan lebih dari itu sebagai mercusuar saat saya tersesat di lautan yang ganas.
Tanggal lahir Bang Hariman sama dengan tanggal lahir mendiang bapak saya, 1 Mei. Namun bapak saya lebih tua 15 tahun. Karena kesamaan tanggal lahir yang juga bersamaan dengan peringatan Hari Buruh se-Dunia itu mungkin yang membuat bapak saya mengaguminya. Dalam hal pemikiran saya juga banyak berguru padanya, meskipun dalam hal pilihan politik praktis sering berbeda.
Kini tokoh yang menghebohkan era awal pemerintahan Soeharto itu telah berusia 75 tahun 89 hari. Di usianya yang tidak lagi muda itu Bang Hariman masih terlihat dan bugar, meskipun kadang “mengeluh” kesepian karena banyak sahabatnya yang sudah tidak ada.
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp sorotmerahputih.com klik di sini














