Sorot Merah Putih, Jakarta – Suasana rapat kerja Komisi XII DPR RI bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendadak cair di tengah pembahasan serius mengenai kinerja kementerian dan program strategis energi nasional.
Momen mencair itu terjadi ketika anggota Komisi XII dari Fraksi PDI Perjuangan, Yulian Gunhar, melontarkan candaan bernada politis yang mengundang tawa seluruh peserta rapat.
Rapat yang digelar di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, pada Selasa (11/11/2025) itu awalnya berlangsung formal dan padat angka, membahas isu transparansi, pengawasan tambang ilegal, hingga realisasi lifting migas 2025-2026.

Suasana berubah ketika Yulian menyelipkan kelakar kepada Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
“Isu-isu strategis seperti BBM satu harga dan akuisisi 51 persen saham Freeport Indonesia benar-benar membuat rakyat merasa negara hadir,” ujar Yulian mengawali.
Tak lama, ia menambahkan dengan nada ringan namun sarat makna.
“Kedepan bisa jadi menteri lagi. Bahkan kalau Ketua Umum Partai ini bisa jadi Wapres barang ini. Itu cuman jokes-nya saja,” lanjutnya.
Pernyataan itu sontak membuat ruangan riuh oleh tawa. Menteri ESDM yang juga Ketua Umum salah satu partai besar itu hanya menanggapinya dengan senyum dan gelengan kepala, menandakan sikap santai sekaligus rendah hati.
Meski disampaikan sebagai lelucon, candaan Yulian tak lepas dari konteks politik yang lebih luas. Dalam sejumlah survei politik, nama Bahlil memang kerap muncul sebagai figur muda potensial di pemerintahan mendatang.
Yulian menegaskan, dukungannya terhadap kinerja Kementerian ESDM bersifat konstruktif, bukan sekadar pujian kosong.
“Koreksi dan masukan yang kami sampaikan ini bukan untuk menjatuhkan, melainkan memastikan agar program strategis benar-benar berjalan sesuai kepentingan rakyat,” katanya.
Rapat tersebut juga menyoroti laporan Direktorat Jenderal Minerba dan Gakkum yang dinilai masih kurang akuntabel dan “kabur” dalam data tahun anggaran 2025–2026.
DPR meminta Kementerian menyajikan data yang lebih komprehensif dan transparan, terutama terkait penegakan hukum di sektor pertambangan.
Kehadiran momen ringan di tengah rapat serius itu mencerminkan bahwa dinamika antara legislatif dan eksekutif tidak melulu tegang. Di balik peran pengawasan dan kontrol, ada sisi manusiawi dan kedekatan politik yang tetap terjaga.
Bagi Bahlil, candaan tersebut menjadi isyarat bahwa kinerjanya diperhatikan publik, bahkan berpotensi menempatkannya di panggung politik yang lebih tinggi.
Sementara bagi DPR, itu menjadi pengingat bahwa fungsi rapat tak hanya soal teknis kebijakan, tetapi juga interaksi antarfigur politik yang membentuk warna demokrasi.
Pada akhirnya, dari rapat yang semula diwarnai pembahasan angka dan target, muncul satu momen ringan namun bermakna – candaan “Bahlil bisa jadi Wapres” yang bukan sekadar tawa, tapi juga cerminan bagaimana publik melihat potensi dan posisi strategis seorang Menteri di tahun politik mendatang.***
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp sorotmerahputih.com klik di sini















