Oleh-oleh dari Lahat
sorotmerahputih.com — Memenuhi undangan Bang Bursah Zarnubi saat saya menelepon ucapan selamat atas kemenangannya dalam Pilkada Kabupaten Lahat, saya langsung bermotor dari Kota Palembang ke Lahat pada Rabu, 4 Desember 2024.
Saya menginap selama 3 malam dan pulang di hari Sabtu siang, 7 Desember 2024. Selama di Lahat saya berkeliling kota, bahkan sampai ke Pagaralam. Nah, dua puisi ini sebagai oleh-oleh, sekedar memotret kenangan subjektif tentang dua ikon penting Kabupaten Lahat: “Bukit Sarelo” dan “Sungai Lematang”.
BUKIT SARELO
dari bukit Sarelo terbidik gambar
dump truck tua terengah
menapak jalanan licin
semburkan asap hitam berkejaran
ke langit yang terbenam gelap
ringkik dump truck
laksana panggung tarian telanjang
batuan hitam yang dicap penyakitan
masih primadona – diburu
ribuan hidung belang di bursa saham
padahal semburan knalpot liar
berjejal riang menggigit pagi
pekerja kantoran dan anak-anak sekolah
bergegas cemas. Lupakan seragam putih
mendadak dekil kecoklatan
ada apa hai atap langit?
tak seorang pun bertanya
selama listrik ada
batuan hitam terus bersolek
di honky tonks mineral yang riuh
dijejali bos-bos serakah
tak peduli selaput langit sobek
“ozon sudah tak perawan,” kilahnya
“bukan kami pula yang memulainya,” sambung temannya
Lahat, 6 Desember 2024


TEPIAN LEMATANG
bibir Lematang
enggan menebar senyum
di sepanjang turap bergincu
gagal memikat tamu
warung-warung murung
parkiran lengang
oh, apa kabar Cik Ujang?
terik menujah
butiran pasir putih menghitam
terhampar luas di tepian sungai
jembatan biru penanda Cik Ujang
bertahta di kantor bupati
Oh, Tepian Lematang yang redup
gagal terbang bak Benteng Kuto Besak
yang selalu bersih bersinar
sejak Eddy Santana Putra bertahta
meskipun sekarang kusam
Benteng Kuto Besak masih bersampan
bawa beban marwah darussalam
tidak seperti Tepian Lematang
terlihat kuyup dan layu
siang itu
Tepian Lematang
terlihat seperti pangkalan pasir
tanpa truk yang parkir
hanya deret warung-warung sederhana
tak pernah henti berharap
hai Cik Ujang
ajak wargamu makan di sini
Lahat, 6 Desember 2024
Marlin Dinamikanto (lahir 7 Januari 1967) adalah aktivis, jurnalis dan sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi dan jurnal yang diterbitkan di sejumlah surat kabar dan terhimpun di berbagai antologi puisi. Sebelum menekuni dunia sastra, Marlin aktif dalam pergerakan mahasiswa yang ikut menggulingkan Soeharto melalui Yayasan Pijar bersama Tri Agus Susanto. Dia juga tercatat sebagai salah satu penyair dalam Gerakan Puisi Menolak Korupsi, sejak 2013.
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp sorotmerahputih.com klik di sini