“Banyak yang ramai di akhir cerita, tapi sunyi saat bab perjuangan ditulis.”
– Prof. H. Sufmi Dasco Ahmad
Sorot Merah Putih, Jakarta – Kalimat pendek ini, yang diunggah Prof. Dr. Ir. H. Sufmi Dasco Ahmad, SH., MH., di akun Instagram pribadinya, Minggu, 26 Oktober 2025 menyimpan refleksi eksistensial: tentang makna perjuangan, kesunyian, dan bahasa sebagai bentuk realitas.

Dalam kerangka Wittgenstein, setiap kata bukan sekadar susunan huruf, melainkan “tindakan dalam permainan bahasa” – language game yang mendapatkan maknanya dari konteks kehidupan. Kata “ramai” dan “sunyi” dalam kalimat Dasco bukan hanya bunyi, tetapi posisi sosial dari pengalaman: ramai adalah sorak kemenangan, sunyi adalah ruang kontemplatif di mana makna perjuangan sebenarnya ditempa.
Wittgenstein pernah menulis, “Makna sebuah kata adalah penggunaannya dalam bahasa.” Dalam konteks itu, kalimat Dasco adalah kritik halus terhadap budaya politik yang hanya merayakan hasil, bukan proses; hanya menyoroti bab penutup, bukan bab perjuangan yang penuh luka, peluh, dan kesetiaan.
Sementara Habermas, dalam teori tindakan komunikatifnya, mengajarkan bahwa komunikasi sejati lahir dari kesadaran intersubjektif – dialog yang jujur antara mereka yang ingin saling memahami. Maka, pesan Dasco bisa dibaca sebagai ajakan dialogik: agar publik tak hanya terpesona oleh narasi kemenangan, tetapi juga berani memahami dialektika perjuangan yang sunyi namun bermakna.
Dalam kesunyian itu, kata-kata menjadi saksi.
Dalam kesunyian itu pula, bahasa menemukan kejujurannya.
Seperti halnya perjuangan, bahasa yang benar lahir bukan dari keramaian tepuk tangan, tetapi dari perenungan yang jernih – sebagaimana dikatakan Wittgenstein, “Yang dapat dikatakan harus dikatakan dengan jelas; yang tak dapat, harus disimpan dalam diam”.
Dan mungkin, Prof. Dasco sedang mengingatkan kita: diam itu bukan kekosongan, melainkan bagian terdalam dari perjuangan itu sendiri.
Namun, juga ada sisi tragisnya, dimana Sunyi dalam perjuangan, berakhir terdiam diakhir cerita kemenangan, dari sebab baru yang tak bisa diungkap.
Sehat selalu don dasco !
Jakarta, 26 Oktober 2025
Hasanuddin,
Pendiri Proklamasi Institute
Ikuti Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp sorotmerahputih.com klik di sini
















